Berbicara, Menulis, Mengkritisi

Berita

Blog ini berisi kumpulan informasi berupa berita (straight news), feature, artikel, foto,sastra

Feature

Blog ini berisi kumpulan informasi berita (straight news),feature,foto, sastra

Artikel

Blog ini berisi kumpulan informasi berita (straight news),feature, artikel,foto, sastra

Foto

Blog ini berisi kumpulan informasi berita (straight news),feature,artikel, foto, sastra

Sastra

Blog ini berisi kumpulan informasi berita (straight news),feature,artikel,foto, sastra

Kamis, 05 Mei 2016

Kronologi Pembubaran Acara AJI Jogja

Suasana Kantor AJI Yogyakarta
Dalam rangka World Press Freedom Day 2016 dan Pemutaran Film "Pulau Buru Tanah Air Beta" di Kantor Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta dibubarkan oleh polisi dan Massa FKPPI DIY. Acara yang digelar pada selasa malam, 3 Mei 2016 tersebut dihadiri oleh ratusan jurnalis dan aktivis gerakan masyarakat sipil di daerah Istimewa Yogyakarta.

Kronologi dari kejadian tersebut dimulai dari Selasa pukul 08.00 sampai 09.00 WIB, AJI Yogyakarta mengirimkan surat undangan resmi kepada Kapolda DIY Brigjend Polisi Prasta Wahyu Hidayat dan Kapolresta Yogyakarta, Prihartono Eling Lelakon, agar datang di acara World Press Freedom Day.

Kemudian, sekitar pukul 14.00 WIB, ada sejumlah polisi Intel dari Polsek Umbulharjo untuk menanyakan acara yang akan digelar AJI Yogyakarta. Saat itu, ada salah satu panitia acara, yang kebetulan melakukan liputan, bertemu dengan Kapolresta Yogyakarta, Prihartono Eling Lelakon dan Kepala Bidang Humas Polda DIY, AKBP Anny Pudjiastuti. Dia menjelaskan sudah mengantarkan undangan dan mengundang Kapolresta Yogyakarta dan Kapolda DIY. Prihartono bilang, yang akan datang ke acara itu ialah Kasat Intelkam Polresta Yogyakarta, Kompol Wahyu Dwi Nugroho. Adapun Anny menyatakan belum tahun yang akan hadir mewakili Polda DIY.

Pada pukul 17.10 WIB, panitia mulai mempersiapkan perlengkapan acara. Saat itulah, ada sekitar tujuh polisi berpakaian preman dari Polsek Umbulharjo dan Polresta Yogyakarta serta anggota Koramil Umbulharjo mendatangi lokasi acara di Kantor AJI Yogyakarta. Rombongan itu dipimpin Kasantintelkam Polresta Yogyakarta, Kompol Wahyu Dwi Nugroho. Mereka menanyakan izin kegiatan yang digelar AJI Yogyakarta. Ketua AJI Yogyakarta, Anang Zakaria dan anggota majelis etik AJI Yogyakarta, Bambang Muryanto menemui mereka. Anang menyatakan ke mereka, acara ini rutin tahunan dan panitia sudah mengirimkan undangan kepada Kapolda DIY dan Kapolresta Yogyakarta.

AJI Yogyakarta menganggap undangan itu cukup sebagai pemberitahuan. Akan tetapi, rombongan polisi mengatakan undangan beda dengan pemberitahuan. Negosiasi antara panitia acara dari AJI Yogyakarta dengan sekitar tujuh polisi berlangsung alot. Negosiasi berlangsung sampai pukul 18.48 WIB. Panitia acara dari AJI Yogyakarta terus berupaya meyakinkan rombongan polisi bahwa film "Pulau Buru Tanah Air Beta" adalah film dokumenter dan merupakan produk Jurnalistik. Film itu juga diputar di Simposium 65 pada 18-19 April 2016. Saat itu sejumlah petinggi negara juga menyimak film tersebut. Penggalan film itu juga diputar di Metro TV.

Kompol Wahyu Dwi Nugroho (Kasatintelkam Polresta Yogyakarta) mengatakan ada sejumlah kelompok yang tidak setuju dengan pemutaran film tersebut di AJI Yogyakarta. Dia minta film itu tidak diputar dan diganti dengan film lainnya. Pihak AJI Yogyakarta menolak permintaan itu. Alasannya, kalau film itu tidak diputar, esensi acara peringatan Wold Press Freedom Day hilang sebab pelarangan itu mengingkari prinsip dasar kebebasan pers.

Selain polisi Polresta Yogyakarta, Komandan Koramil Umbulharjo dan Kapolsek Umbulharjo terus meminta agar acara pemutaran film di AJI Yogyakarta dibatalkan. Sebagai catatan, di sela negosiasi salah satu anggota AJI Yogyakarta memergoki Kompol Wahyu Dwi Nugroho (Kasatintelkam Polresta Yogyakarta) ditelpon orang berseragam FKPPI. Ini terlihat dari nama panggilan masuk di layar telepon genggam milik Kompol Wahyu Dwi Nugroho.

Negosiasi berhenti pukul 18.48 WIB karena rombongan dari Polresta Yogyakarta berkoordinasi via telepon dengan Polda DIY. Acara dibuka pukul 18.50 WIB dengan pidato pembukaan yang disampaikan oleh Anang Zakaria. Anang sekaligus membacakan laporan kebebasan Pers di DIY tahun 2016. Saat itu, Kompol Wahyu Dwi Nugroho sekali lagi meminta kepada salah satu panitia untuk menghentikan acara. Pukul 19.04 WIB seseorang yang mengaku Camat Umbulharjo mendatangi lokasi acara dan meminta acara dibubarkan. Saat itu pihak perwakilan Polresta Yogyakarta masih berkoordinasi via telepon dengan Polda DIY.

Pukul 19.09 WIB acara pembukaan dilanjutkan dengan pentas musik dari grup band Agoni. Pukul 19.28 WIB, rombongan yang dipimpin oleh Kepala Bagian Operasinal Polresta Yogyakarta, Kompol Sigit Haryadi datang ke lokasi acara, dia tiba-tiba memasuki lokasi acara dan mencari penannggungjawab acara. Tanpa izin dengan sopan, dia tiba-tiba masuk ke dalam Kantor AJI Yogyakarta. Saat ditemui panitia acara, Sigit lalu dengan emosi menyatakan acara ini harus dibubarkan.

"Kapolda DIY memerintahkan kegiatan ini harus dibubarkan," ujar Sigit dengan usaha yang keras. Sigit, sebelumnya di tahun 2014 lalu juga pernah melarang AJI Yogyakarta memutar film Senyap. Negosiasi antara panitia acara dari AJI Yogyakarta dengan Sigit berlangsung emosional. Saat itu, para aktivis  gerakan masyarakat Sipil lainnya mempertanyakan sikap kasar Sigit. Di tengah perdebatan keras itu, Sigit pergi meninggalkan ruangan. Pada pukul 19.46 WIB sebagai bentuk solidaritas, ratusan hadirin berdiri dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Pukul 19.52 WIB, sekitar 20-an massa yang sebagian memakai seragam Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra-Putri TNI Polri (FKPPI) mendatangi lokasi acara. Mereka ditemani oleh pendiri Front  Anti Komunis Indonesia (FAKI), Burhanudin. Massa datang mengatasnamakan ormas FKPPI DIY. Sejak kedatangan massa ini, situasi mulai ricuh karena mereka meneriaki peserta acara agar membubarkan diri. Seperti " Kalau tidak bisa dibina, diratakan wae" atau "Ngeyeldifisik" "Bubarkan Propaganda Komunis" dan lain-lain sebagainya.

Satu truk polisi mendekat lokasi acara pukul 20.11 WIB, kemudian pukul 20.14 WIB, Kepala Operasional Polresta Yogyakarta, Kompol Sigit Haryadi menyatakan,"Kawan-kawan tamu yang diundang. Silahkan pergi meninggalkan tempat. Saya tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi setelah ini." Setelah massa itu datang, Sigit menggunakan momentum itu untuk meminta dengan intimidatif kepada panitia agar acara dibubarkan. "Kalau rekan-rekan mencintai Yogyakarta tolong hentikan, saya tidak mau ada konflik fisik. Tidak ada faktor X, saya hanya ingin kondusif."

Perdebatan terjadi antara pihak AJI Yogyakarta dan Kepolisian dengan emosional. Anang, selaku Ketua AJI meminta cara kalau pun ingin dibubarkan dengan surat resmi. Namun, Sigit tetap membubarkan acara dengan lisan. Dia menyatakan meminta kegiatan di AJI Yogyakarta diberhentikan karena potensi menimbulkan konflik," saya tidak mau ada konflik fisik," kata Sigit. Di tengah negosiasi itu, panitia acara ditelepon  anggota Dewan Pers, Nezar Patria. Telepon itu lalu diberikan kepada Kompol Wahyu, Nezar menyatakan kepada polisi itu bahwa pelarangan acara di AJI Yogyakarta tidak perlu dilakukan.

Pada pukul 20.30 WIB, panitia secara resmi menutup acara. Anang menutup acara tersebut dengan menyatakan," Kita telah melawan ketakutan. Hasil hari ini bukan kekalahan. Karena ketakutan hanya akan memperpanjang perbudakan." Acara diakhiri dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu Darah Juang."

Share:

Categories

Artikel (5) Berita (6) Feature (5) Foto (5) Video (5)

Berita

Feature


Artikel

Sastra

Tulisan berupa Cerpen dan Puisi