|
Milad Mahasiswa Patani |
Mahasiswa Patani, mengadakan perayaan ke-42 tahun dari PMIPTI (Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia) yang bertempat di aula lama
UIN SGD Bandung. Perayaan yang sebenarnya jatuh pada 25 September lalu itu, baru bisa digelar secara besar dan terbuka untuk kali pertamanya oleh mahasiswa Patani pada Rabu lalu. Hal itu dikarenakan ada beberapa pertimbangan sebelum acara tersebut digelar.
Raut suka cita tampak dari panitia PMIPTI saat menyambut kunjungan dalam perayaan itu. Dengan wajah yang cerah dan senyum yang sumringah mereka menerima para tamu undangan. Seluruh mahasiswa patani yang ada di kota Bandung hari itu berkumpul di aula UIN Bandung dalam balutan suasana yang bahagia. Bertemakan “Melalui HUT PMIPTI kita kembangkan Generasi Progresif” MC membuka acara nan sakral namun sederhana tersebut.
PMIPTI adalah persatuan mahasiswa patani, Thailand Selatan yang berada di Indonesia, khususnya kota Bandung. PMIPTI berdiri pada 25 September 1972 yang awalnya hanya didirikan oleh 4 mahasiswa dari kampung melayu patani tersebut. Seiring dengan perkembangan waktu dan generasi, PMIPTI terus digerakkan sebagai wadah bagi mahasiswa patani yang masih minoritas di Indonesia untuk bernaung.
“Pembentukan Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Indonesia) di Indonesia (PMIPTI) didasarkan dengan kemahasiswaan dan kemasyarakatan yang diisi untuk membina anggota PMIPTI,” ujar Amin Ngoh memulai perbincangan.
Seakan mengingat tanah airnya yang sampai saat ini masih dijajah oleh pemerintah Thailand, Amin Ngoh dengan semangat menceritakan bagaimana perkembangan PMIPTI ditengah mahasiswa patani dan juga mahasiswa Indonesia saat ini. Amin, mengatakan bahwa PMIPTI ada untuk mempersiapkan mahasiswa patani yang belajar di Indonesia berbakti kepada masyarakatnya di tanah air (patani) serta melahirkan generasi yang intelektual, islami dan juga berwawasan.
Amin, sebagai ketua umum dari PMIPTI lebih lanjut mengatakan bahwa PMIPTI selalu berusaha untuk lebih kreatif dan inovatif lagi dalam berorganisasi. Seperti mengadakan diskusi dan kegiatan rutin lainnya.
“Kita di sini memang minoritas, tapi kita mau berkembang dan ada diantara mahasiswa dimana kita belajar, seperti di UIN Bandung ini. Jadi, semua bisa tahu dan PMIPTI bisa lebih maju dan berkembang,” ujar Amin, mahasiswa jurusan KPI semester 7 tersebut.
Tak hanya lewat PMIPTI mahasiswa patani juga menunjukkan keseriusan mereka dalam mengangkat eksistensinya di bidang yang lain. Yaitu TUNAS yang merupakan media mahasiswa patani. TUNAS singkatan dari Tuntutan Nasional. Meskipun tidak begitu banyak mahasiswa patani yang kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi Jurnalistik, tapi dengan tekad yang kuat mereka berusaha untuk membuat media itu terbit di dalam lingkungan mereka.
Junaidi bin Zakaria, Pemimpin Redaksi dari media TUNAS mengatakan bahwa butuh perjuangan bagi mahasiswa patani untuk bisa menggarap sebuah majalah tersebut. Meskipun belum diperjualkan ke pihak luar, namun majalah itu merupakan kebutuhan bagi pihak dalam (mahasiswa patani sendiri).
“TUNAS terbitnya dulu tidak jelas, ada satu kali dalam setahun, ada yang tiga bulan dalam satu kali. Sekarang perkembangan TUNAS dimulai dari tahun 2012, cukup lama vakum karena masih banyak ketidak mampuan kami di bidang jurnalistik,” ujarnya dengan cukup fasih menggunakan bahasa Indonesia saat ditemui Suaka disela-sela perayaan PMIPTI.
Lebih lanjut, Junaidi mengatakan bahwa TUNAS merupakan wadah bagi mahasiswa patani untuk mengetahui informasi dan juga berbagi informasi. Dalam proses pengolahan media patani ini, para anggota mengangkat berita yang sumbernya mengambil dari internet berita-berita yang berbahasa Thailand. Kemudian, berita tersebut diterjemahkan dan diedit oleh tim redaksi.
“ Kita masih dalam proses belajar. Untuk struktur di Media TUNAS sama dengan yang lain, ada pemred, reporter,dan lainnya. Maka dari itu sekarang kita mulai kembangkan TUNAS lagi dengan terbitan yang masih fokus pada masyarakat patani. Mulai dari sejarah, kehidupan ketika penjajahan yang sampai kini masih berlangsung dan berbagai macam aspek kehidupan di sana. Dalam proses pembuatan media kita terus belajar dari mana saja, termasuk internet,” ujar mahasiswa UNISBA tersebut.
Tak hanya mengungkapkan lewat pernyataan langsung, Junaidi pun memperlihatkan beberapa majalah dari TUNAS. Dari majalah yang ada, Junaidi mengatakan prosesnya pengumpulan datanya masih sama saja dan mereka terus memperbaiki isi dan tampilan majalah. Adapun hal yang menjadi kesulitan yaitu dipercetakkan majalah, karena terganjal biaya.
Meskipun begitu, baik Junaidi maupun Amin Ngoh, mahasiswa patani yang punya peran dalam PMIPTI dan TUNAS ini memiliki harapan yang sama. Menggunakan dua wadah yang mereka naungi saat ini, mereka berharap keberadaan mahasiswa patani yang semakin berkembang ditengah-tengah mahasiswa di Indonesia bisa diakui dan dianggap ada.
“Melalui TUNAS dan kegiatan lain,kita belajar untuk terus berkembang dan maju. Suatu hari nanti saya ingin membuat TUNAS menjadi suatu lembaga pers yang lebih berkembang lagi, agar mahasiswa patani lebih berkarya lagi lewat media,” pungkas Junaidi, mahasiswa jurusan Hukum tersebut.